Sejak Indonesia meraih kemerdekaannya 65 tahun silam, kita mulai melangkah membangun kedaulatan Indonesia tercinta dengan semangat yg selalu dikumandangkan Bung Karno, Bung Hatta, Syahrir serta berjuta-juta pahlawan lainnya. Melepaskan diri dr jeratan & pengaruh kuat penjajah selama beratus-ratus tahun lamanya, memperjuangkan derajat, harkat & martabat bangsa Indonesia.
Kemudian era baru datang, ketika 'revolusi' Bapak Pembangunan juga membuat negeri Indonesia mjd maju, berkembang & dipandang negara2 lain sebagai salah satu macan Asia. Sayang sistem imperialisme yg ketika itu diusung lama kelamaan menghancurkan negara kita sendiri. Kerajaan bapak pembangunan meninggalkan bobrok yg sulit untuk dilupakan.
Menyisakan kita sistem birokrasi yg korup, mengakibatkan hutang negara tak berkesudahan, kontrak2 & penjualan2 aset berharga ke negara asing yg ukurannya bahkan tidak lebih besar dari Kalimantan & Sumatera. Menghempaskan mimpi Indonesia untuk bergabung dalam era globalisasi, kalau tidak terlalu berlebihan.
Lalu sekarang, dengan batita demokrasi yg dibangga-banggakan pemerintahan 'baru'. Mengelu-elukan peningkatan grafik pertumbuhan di berbagai bidang. Sektor yg mana? Lalu supaya tidak terkesan apatis: alhamdulillah ada kemajuan.. Namun sudahkah kita kalkulasikan dengan kerugiannya? Kerugian besar yg sedang 'dinikmati' bangsa ini? Menjadikan bangsa kita bangsa yg mundur dgn berbagai headlines yg mengenaskan, bangsa yg semakin terlihat korup krn pemimpin2 yg norak & rakus, rasanya tidak terlalu berlebihan hal-hal ini saya ungkapkan. Sebagai cambuk bagi kita spy memotivasi diri untuk tidak golput, untuk berhenti pesimis apalagi apatis, untuk tidak mencoblos wakil rakyat asal-asalan tanpa melihat latar belakang mereka, untuk lebih memperhatikan moral & pendidikan anak2 kita agar kelak mereka menjadi calon Presiden, menteri2, anggota2 DPR yg berbudi. Pemimpin2 masa depan harus berani memperjuangkan derajat & martabat negara bagaikan pahlawan jaman dulu, semua demi Indonesia dan rakyatnya.
Papua memiliki
Keuntungan Free**rt secara riil tanpa rekayasa spt yg mereka sodorkan kpd pemerintah kita, diperkirakan mencapai 1 trilyun setiap hari, boleh jadi itu bukan isapan jempol belaka. Pernahkah kita mencoba untuk meresapi hal itu hari demi hari? Pernahkah kita membayangkan betapa menyedihkan kondisi Papua sendiri disana? Dibandingkan dengan kekayaan alam kita yg mereka keruk hari demi hari, tahun demi tahun, ratusan trilyun rupiah keuntungan mereka, mengapa pemerintah kita diam saja? Tapi, itu hanya datang dari satu pulau saja. Itu baru Free**rt, masih ada cerita gas alam Aceh, blok Cepu, Ex**n, Chev**n, dll.
Mengenai perjanjian kontrak dengan Free**rt, mengutip dr Amien Rais:
"Mengapa Indonesia takut untuk sekedar meminta negosiasi? Kalau nasionalisasi dianggap terlalu ekstrem, terlalu revolusioner, bukankah ada jalan lain untuk mencapai keadilan, yaitu lewat negosiasi ulang? Mengapa Indonesia tiba2 kehilangan keberanian & kemandiriannya sebagai bangsa besar (bangsa terbesar nomor 4 setelah China, India & USA)?
..... Bila sebuah perjanjian ternyata dlm pelaksanaan merugikan salah satu pihak, maka pihak yg dirugikan berhak merundingkan kembali kontrak atau perjanjian tersebut. Negara2 berkembang yg cukup cerdas sudah melakukannya (Botswana, Malaysia, dll.) Kenapa kita takut? ......"
Dalam banyak hal Indonesia tetap tergantung & menggantungkan diri pada kekuatan asing.
Kutipan dr Hasyim Muzadi dgn Detik.com mengenai TKW:
"Sekarang ini di Saudi juga di negara-negara Islam di Timur Tengah sudah tidak ada lagi negara yang semiskin apa pun mengirimkan TKW pembantu rumah tangga. Itu sudah tidak ada kecuali Indonesia," kata Sekjen International Conference of Islamic Scholars (ICIS) Hasyim Muzadi.
Negara-negara lain seperti Yaman, Pakistan, Bangladesh, Somalia, Filipina sudah tidak ada yang mengirimkan TKW untuk pekerjaan rumah tangga. Nggak ada, cuma Indonesia saja. Malah kadang-kadang kita dibilang bangsa tidak punya malu sama mereka," ungkap Hasyim sedih.
Apakah kita masih akan tetap duduk berpangku tangan menonton sinetron TKW Indonesia disiksa, diperkosa & dibunuh majikan, sinetron misteri ratusan milyar di rekening Gayus, sinetron Cicak & Buaya, sinetron SBY bekali HP untuk TKW (for Godsake, pleeeaaaassseeee... SBY!), serta sinetron2 lainnya yg menyesakkan dada... Kuatkan diri, jangan sampai apatis, siapa lagi yg bisa membantu rakyat kecil kalau bukan kita semua juga...
Anak2 kita harus amat sangat genius dibandingkan ilmuwan2 jerman & perancis, tp juga harus alim, sehingga kelak bangsa kita diisi & dipimpin oleh orang2 yg bukan hanya pintar tp juga memimpin dgn hati...