Thursday, May 29, 2008

Mengapa kita meninggalkan perusahaan?

Sebuah e-mail dari sahabat saya:

Mengapa karyawan meningggalkan perusahaan (atau paling tidak sering ngedumel)? Berikut
ini petikan dari bukunya Haris Priyatna yang berjudul Azim Premji, "Bill Gates" dari India (terbitan Mizania 2007):

Azim Premji adalah milyuner muslim dari India yang telah menyulap Wipro, dari sebuah perusahaan minyak goreng menjadi konglomerasi perusahaan dengan salah satunya adalah Wipro Technologies yang merupakan ikon kebangkitan industri teknologi informasi di India.
Dia urutan ke-21 orang terkaya di dunia versi Forbes 2007. Azim dikenal sebagai milyuner
yang bergaya hidup sederhana.

Berikut ini pandangan Premji tentang mengapa karyawan betah dan tidak betah dengan perusahaan. Wipro sendiri memiliki tinkat turn-over (kepindahan) karyawan yang sangat rendah, padahal gajinya tidak lebih tinggi dibandingkan perusahaan sejenis seperti Infosys
& TCS.

Mengapa KARYAWAN meninggalkan perusahaan?
Banyak perusahaan yang mengalami persoalan tingginya tingkat pergantian karyawan. Betapa orang mudah keluar-masuk perusahaan itu. Orang meninggalkan perusahaan untuk gaji yang lebih besar, karier yang lebih menjanjikan, lingkungan kerja yang lebih nyaman, atau sekedar alasan pribadi. Tulisan ini mencoba menjelaskan persoalan ini.
Belum lama ini, Sanjay, seorang teman lama yang merupakan desainer software senior, mendapatkan tawaran dari sebuah perusahaan internasional prestisius untuk bekerja di cabang operasinya di India sebagai pengembang software. Dia tergetar oleh tawaran itu. Sanjay telah mendengar banyak tentang CEO perusahaan ini, pria karismatik yang sering dikutip di berita-berita bisnis karena sikap visionernya. Gajinya hebat. Perusahaan itu memiliki kebijakan SDM ramah karyawan yang bagus, kantor yang masih baru, dan teknologi mutakhir, bahkan sebuah kantin yang menyediakan makanan lezat.

Sanjay segera menerima tawaran itu. Dua kali dia dikirim ke luar negeri untuk pelatihan. "Saya sekarang menguasai pengetahuan yang paling baru", katanya tak lama setelah bergabung. Ini betul-betul pekerjaan yang hebat dengan teknologi mutakhir. Ternyata, kurang dari delapan bulan setelah dia bergabung, Sanjay keluar dari pekerjaan itu. Dia tidak punya tawaran lain di tangannya, tetapi dia mengatakan tidak bisa bekerja di sana lagi. Beberapa orang lain di departemennya pun berhenti baru-baru ini.

Sang CEO pusing terhadap tingginya tingkat pergantian karyawan. Dia pusing akan uang yang dia habiskan dalam melatih mereka. Dia bingung karena tidak tahu apa yang terjadi. Mengapa karyawan berbakat ini pergi walaupun gajinya besar ? Sanjay berhenti untuk satu alasan yang sama yang mendorong banyak orang berbakat pergi. Jawabannya terletak pada salah satu penelitian terbesar yang dilakukan oleh Gallup Organization. Penelitian ini menyurvei lebih dari satu juta karyawan dan delapan puluh ribu manajer, lalu dipublikasikan dalam sebuah buku berjudul First Break All the Rules.

Penemuannya adalah sebagai berikut:
Jika orang-orang yang bagus meninggalkan perusahaan, lihatlah atasan langsung/tertinggi di departemen mereka. Lebih dari alasan apapun, dia adalah alasan orang bertahan dan berkembang dalam organisasi. Dan dia adalah alasan mengapa mereka berhenti, membawa pengetahuan, pengalaman, dan relasi bersama mereka. Biasanya langsung ke pesaing. Orang meninggalkan manajer/direktur anda, bukan perusahaan, tulis Marcus Buckingham dan Curt Hoffman penulis buku First Break All the Rules.
Begitu banyak uang yang telah dibuang untuk menjawab tantangan mempertahankan orang yang bagus - dalam bentuk gaji yang lebih besar, fasilitas dan pelatihan yang lebih baik. Namun, pada akhirnya, penyebab kebanyakan orang keluar adalah manajer. Kalau Anda punya masalah pergantian karyawan yang tinggi, lihatlah para manajer/direktur Anda terlebih dahulu. Apakah mereka membuat orang-orang pergi? Dari satu sisi, kebutuhan utama seorang karyawan tidak terlalu terkait dengan uang, dan lebih terkait dengan bagaimana dia diperlakukan dan dihargai. Kebanyakan hal ini bergantung langsung dengan manajer di atasnya.

Uniknya, bos yang buruk tampaknya selalu dialami oleh orang-orang yang bagus. Sebuah survei majalah Fortune beberapa tahun lalu menemukan bahwa hampir 75 persen karyawan telah menderita di tangan para atasan yang sulit. Dari semua penyebab stres di tempat kerja, bos yang buruk kemungkinan yang paling parah. Hal ini langsung berdampak pada kesehatan emosional dan produktivitas karyawan. Pakar SDM menyatakan bahwa dari semua bentuk tekanan, karyawan menganggap penghinaan di depan umum adalah hal yang paling tidak bisa diterima. Pada kesempatan pertama, seorang karyawan mungkin tidak pergi, tetapi pikiran untuk melakukannya telah tertanam. Pada saat yang kedua, pikiran itu diperkuat. Saat yang ketiga kalinya, dia mulai mencari pekerjaan yang lain. Ketika orang tidak bisa membalas kemarahan secara terbuka, mereka melakukannya dengan serangan pasif, seperti: dengan membandel dan memperlambat kerja, dengan melakukan apa yang diperintahkan saja dan tidak memberi lebih, juga dengan tidak menyampaikan informasi yang krusial kepada sang bos.

Seorang pakar manajemen mengatakan, jika Anda bekerja untuk atasan yang tidak menyenangkan, Anda biasanya ingin membuat dia mendapat masalah. Anda tidak mencurahkan hati dan jiwa di pekerjaan itu. Para manajer bisa membuat karyawan stres dengan cara yang berbeda-beda: dengan terlalu mengontrol, terlalu curiga, terlalu mencampuri, sok tahu, juga terlalu mengecam. Mereka lupa bahwa para pekerja bukanlah aset tetap, mereka adalah agen bebas. Jika hal ini berlangsung terlalu lama, seorang karyawan akan berhenti - biasanya karena masalah yang tampak remeh. Bukan pukulan ke-100 yang merobohkan seorang yang baik, melainkan 99 pukulan sebelumnya. Dan meskipun benar bahwa orang meninggalkan pekerjaan karena berbagai alasan, untuk kesempatan yang lebih baik atau alasan khusus, mereka yang keluar itu sebetulnya bisa saja bertahan, kalau bukan karena satu orang yang mengatakan kepada mereka, seperti yang dilakukan bos Sanjay: Kamu tidak penting. Saya bisa mencari puluhan orang seperti kamu.

Meskipun tampaknya mudah mencari karyawan, pertimbangkanlah untuk sesaat biaya kehilangan seorang karyawan yang berbakat. Ada biaya untuk mencari penggantinya. Biaya melatih penggantinya. Biaya karena tidak memiliki seseorang untuk melakukan pekerjaan itu sementara waktu. Kehilangan klien dan relasi yang telah dibina oleh orang tersebut. Kehilangan moril sejawat kerjanya. Kehilangan rahasia perusahaan yang mungkin sekarang dibocorkan oleh orang tersebut kepada perusahaan lain. Plus, tentu saja, kehilangan reputasi perusahaan. Setiap orang yang meninggalkan sebuah korporasi akan menjadi dutanya, entah tentang kebaikan atau keburukan.

Tuesday, May 27, 2008

Periksa Kehamilan part 1

Akhirnya kemarin malem jadi juga ke dokter, tadinya udah hampir ngga jadi krn suami agak meriang krn br pulang dr wira-wiri di Jakarta. Tapi mungkin krn semangat yg menggebu2 akhirnya dia menyatakan sanggup juga berangkat ke dokter sore itu, tapi konsekuensinya ya kita berangkatnya agak telat dr janji saya sebelomnya dgn RS nya, janji jam 5 tapi baru nyampe RS jam 6.30, he he..

Awalnya suami keliatan malu2 duduk manis bareng saya di ruang tunggu poli kebidanan, maklum lebih banyak ibu2 hamil & anak2 kecil jalan2 seliweran mungkin bikin dia grogi dan entah kenapa terlihat ada sedikit rasa takjub dgn suasana baru kayak gini. Dgn lucunya suami saya sering tertangkap basah sedang ngeliatin balita2 lucu yg lagi nyusu di pangkuan ibunya sambil manja & mandangin perut Ibu2 yg lagi pd hamil muda. Setelah saya pikir2, biarlah dia mencoba beradaptasi sendiri dgn 'kondisi' baru yg akan dia jalani nanti & lama-kelamaan pun dia ngga lagi kaku berada di ruang tunggu yg penuh ibu2 hamil & balita itu, malah terlihat excited & mulai berani berkomunikasi dgn salah seorang balita di ruangan.

Saya diperiksa oleh dr. Aswin Sastrowardoyo, Sp. OG. krn pertimbangan pribadi kami berdua. Langsung aja yaa.. Ternyata si dede' nya udah bisa keliatan di USG (di gambar di atas yg dilingkari garis merah), tapi lucunya janinku ini panjangnya baru 0,55 cm, wiiihh.. kecil bener.. kira2 sebesar beras ya? Setelah sesi tanya jawab mengenai kehamilan selesai, saya pulang sambil senyum2 sendiri, apalagi wkt ngelewatin ruang perawatan bayi baru melahirkan yg tirainya sedang terbuka, uuhh.. rasanya campur aduk, bahagia, deg2an, terharu, sampai ngga sadar saya netesin air mata, haha.. "Dangdut banget deh kamu!" kata suami saya..

Monday, May 26, 2008

Bahagianya aku hamil!!!

Sudah 1 minggu ini saya harap2 cemas mengharapkan kehamilan yg memang ditunggu2 dr dulu. Tiap 3 hari sekali beli tespack terussss, megang2 perut terus, wah pokoknya lucu deh, krn ngga tau knp tapi pasti bahwa perasaan ini bilang ada 'tamu' baru dalam diri saya. Waktu mau pergi ke rumah mertua, penuh dgn rasa penasaran saya beli testpack lagi di Guardian Bogor, lalu langsung masuk public toilet & segera nyoba sambil ketawa2 sendiri didlm bilik toilet, sementara suami nunggu di parkiran krn tegang, he he..

Hasilnya nunjukin positif & saya giraaaaaaaaaaaaaang bukan main, tapi msh tetep nahan diri krn blm tenang sebelum periksain ke dokter/bidan. Jadilah di dlm mobil saya ngga bisa diem, ngadep kiri, ngadep kanan, suami ampe bingung sendiri. Ha ha, perasaan ini lucu banget, bahagia, cemas, mau jingkrak2, geregetan pengen buru2 beli baju bayi, dll, ha ha ha...

Besoknya (Sabtu sore), setelah saya ngga bs diem di rumah mertua krn pengaruh perasaan cemas, akhirnya suami nurutin permintaan saya yang kekeuh mau cari dokter/bidan di daerah rumah mertua untuk make sure keadaan tubuh saya, bener ngga sih berbadan dua??? Tadinya kita mau tunggu hari Senin untuk pergi ke RSB beneran & DSOG yg cocok spy bisa puas penjelasannya, tapi akhirnya ngga kuat juga nunggu Senin, jadilah kita muter-muter Jatibening nyari RSB/klinik terdekat. Pas nemu RSB yg ada di jl. Ratna akhirnya kita putusin untuk periksa di situ aja krn toh cuma pengen tau aja bahwa saya hamil atau engga. Tapi lucu juga bidan di RSB ini, orangnya masih muda sekali & keliatan bingung sendiri, tapi gpp lah.. Di tes urine sekali lagi akhirnya hasilnya tetep positif, berlanjut ke tanya jawab mengenai kehamilan yg menurut saya ngga jelas sm sekali keterangannya krn bidan ini terlihat masih blm pengalaman, he he, kejamnya saya..

Tapi, hati saya langsung jadi ciuuuuuuuuut.. begitu ada ipar saya yg bilang bahwa ini juga bisa jadi gejala ada kista. Memang klau ada kista gejalanya sm spt hamil? Kalo keadaan tubuh yg saya alamin skrg sih payudara kenceng/terasa bengkak, badan kadang meriang, kalo banyak jalan ngos2an kadang sampe keringet dingin, oh ya, saya udah terlambat 8 hari. Makanya, sore ini saya mau buru2 ke RS untuk USG/USG transvaginal untuk make sure sekali lagi kehamilan ini.. Jadi, doain saya ya supaya sore nanti semuanya lancar..